Bayangan dibalik Tirai Senyum
Siang itu, di bangku taman sekolah menengah atas yang rindang, di antara semilir angin yang mengantar wangi melati, seorang gadis muda bernama Kala membuka tirai kisah hidupnya padaku. Matanya yang biasanya memancarkan riang, kini redup, menyimpan badai yang tak pernah kubayangkan. Aku, yang selama ini mengira masalahku adalah yang terbesar, terhenyak. Ternyata, manusia bisa menjadi makhluk paling menakutkan di muka bumi, dan rumah, terkadang, adalah penjara paling kejam. "Kau tahu," bisiknya, suaranya nyaris tenggelam oleh desiran dedaunan, "aku benci pulang ke rumah. Hatiku mencelos setiap kali kakiku melangkah masuk." Bukan, bukan karena pertikaian orang tua. Bukan gertakan atau bentakan. Lebih dari itu. Ada bayangan yang menanti di balik pintu, bayangan yang seharusnya menjadi pelindung, namun menjelma mimpi buruk. "Kakak iparku," lanjutnya, tatapannya menerawang jauh, "seharusnya dia adalah kakak keduaku, tempat berbagi tawa, teman berpetualang. ...